BUDAYA POLITIK
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas TIK
Kelas XI semester I
Disusun Oleh :
Septia Tri Nugraheni
XI IPS 3 (24)
Tahun Ajaran 2012/2013
SMA Negeri 2 Ungaran
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka saya bisa menyelesaikan
sebuah karya tulis dengan tepat waktu.
Berikut ini saya sebagai penulis mempersembahkan sebuah
makalah dengan judul "Budaya Politik", yang menurut saya dapat
memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari apa pengertian, tipe
budaya politik sampai dengan perkebangan dari budaya politik itu sendiri.
Melalui kata pengantar ini saya lebih dahulu meminta maaf dan
memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan
yang saya buat kurang tepat atau menyinggu perasaan pembaca.
Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Ungaran,
2 Oktober 2012
Septia
Tri Nugraheni
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
BAB II KERANGKA TEORITIS
A. PENGERTIAN BUDAYA POLITIK
B.
SISTEM POLITIK SEBAGAI OBJEK BUDAYA POLITIK
C. KOMPONEN BUDAYA POLITIK
D. NILAI-NILAI BUDAYA POLITIK
E. TIPE-TIPE BUDAYA POLITIK
F. PERKEMBANGAN TIPE BUDAYA POLITIK MENURUT
GREERT
G. TIPE BUDAYA POLITIK YANG BERKEMBANG DI
INDONESIA
H. PENGERTIAN SOSIALISASI DAN PERKEMBANGAN BU-POL
I.
PROSES SOSIALISASI POLITIK
` J. SARANA SOSIALISASI POLITIK
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Kehidupan manusia
di dalam masyarakat, memiliki peranan penting dalam sistem politik suatu
negara. Manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk sosial, senantiasa akan
berinteraksi dengan manusia lain dalam upaya mewujudkan kebutuhan hidupnya.
Kebutuhan hidup manusia tidak cukup yang bersifat dasar, seperti makan, minum,
biologis, pakaian dan papan (rumah). Lebih dari itu, juga mencakup kebutuhan
akan pengakuan eksistensi diri dan penghargaan dari orang lain dalam bentuk
pujian, pemberian upah kerja, status sebagai anggota masyarakat, anggota suatu
partai politik tertentu dan sebagainya.
Setiap warga
negara, dalam kesehariannya hampir selalu bersentuhan dengan aspek-aspek
politik praktis baik yang bersimbol maupun tidak. Dalam proses pelaksanaannya
dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung dengan praktik-praktik
politik. Jika secara tidak langsung, hal ini sebatas mendengar informasi, atau
berita-berita tentang peristiwa politik yang terjadi. Dan jika seraca langsung,
berarti orang tersebut terlibat dalam peristiwa politik tertentu.
Kehidupan politik yang merupakan bagian
dari keseharian dalam interaksi antar warga negara dengan pemerintah, dan
institusi-institusi di luar pemerintah (non-formal), telah menghasilkan dan
membentuk variasi pendapat, pandangan dan pengetahuan tentang praktik-praktik
perilaku politik dalam semua sistem politik. Oleh karena itu, seringkali kita
bisa melihat dan mengukur pengetahuan-pengetahuan, perasaan dan sikap warga
negara terhadap negaranya, pemerintahnya, pemimpim politik dan lai-lain.
Budaya politik,
merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat dengan ciri-ciri yang lebih khas.
B. RUMUSAN
MASALAH
ü Apa
arti Budaya Politik?
ü Bagaimana
budaya politik di Indonesia?
ü Bagaimana
tipe tipe budaya politik?
ü Apa
saja nilai-nilai politik otoriter?
BAB
II
KERANGKA
TEORITIS
A.
PENGERTIAN
·
Menurut Almond
dan Verba, dalam bukunya The Civic Culture (budaya politik kewarganegaraan)
menyatakan bahwa ’’ budaya politik merupakan sikap individu terhadap sistem
politik dan komponen-komponennya juga sikap individu terhadap peranan yang
dapat di mainkan dalam sebuah sistem politik.Kemudian Lary Diamond, ahli
politik yang menekuni tentang perkembangan penelitian mengenai budaya politik
seebagai keyakian, sikap, nilai, ide-ide, sentimen dan dialokasikan evluasi
suatu masyarakat tentang sistem politik nasionalnya dan peran dari
masing-masing individu dalam sistem itu.Atau secara praktis, budaya politik
merupakan seperangkat nilai-nilai yang menjadi dasar para aktor untuk
menjalankan tindakan-tindakan dalam ranah politik.
·
Samuel Beer, budaya politik adalah nilai-nilai keyakinan dan
sikap-sikap emosi tentang bagaiman pemerintahan seharusnya dilaksanakan dan
tentang apa yang harus dilakukan oleh pemerintah.
·
Rusdi Sumintapura, budaya politik adalah pola tingkah laku individu dan orientasinya
terhadap kehidupan plitik yang dihayati oleh para anggota suatu sistem politik.
·
Mochtar Masud dan Colin McAndrews, budaya politik adalah sikap dan
orientasi warga suatu negara terhadap kehidupan pemerintahan negara dan politiknya.
·
Larry Diamond, budaya politik adalah keyakinan, sikap, nilai, ide-ide, sentimen, dan
evaluasi suatu masyarakat tentang sistem politik negara mereka dan peran
masing-masing individu dalam sistem itu.
Menurut Almond
dan Powell ada 2 orientasi Politik yaitu tingkat Masyarakat dan tingkat
Individu :
1.
Orientasi individu dalam system politik dapat dilihat dari 3 komponen :
a.
Orientasi kognitif : berbagai
keyakinan dan pengetahuan seseorang tentang :
- system
politik.
- tokoh
pemerintahan
- kebijakan
pemerintahan
-
Simbol-simbol yang dimiliki oleh system politik seperti : ibukota negara,
lambang negara, kepala negara, batas negara, mata uang, dll.
b.
Orientasi Afektif : menunjuk
pada aspek perasaan atau ikatan emosional individu pada
system politik. Seperti – perasaan khusus terhadap
aspek system politik tertentu yang membuatnya menerima
dan menolak system politik.
Orientasi afektif ini dipengaruhi
oleh keluarga dan lingkungan.
c.
Orientasi Evaluatif :
berkaitan dengan penilaian moral seseorang terhadap sistem politik, kinerja
sistem politik, komitmen terhadap nilai dan pertimbangan
politik.
2. Orienrtasi Tingkat masyarakat
adalah pandangan dan sikap sesama warga negara yang meliputi rasa
percaya dan permusuhan antar individu, kelompok maupau
golongan. Sikap saling percaya
menumbuhkan saling kerja sama sedang sikap
permusuhan menimbuklkan konflik.
B.
SISTEM POLITIK SEBAGAI OBJEK BUDAYA POLITIK
:
• sistem politik
Sistem politik: didefinisikan sebagai tindakan yang berhubungan dengan ’’keputusan-keputusan mengikat’’ suatu masyarakat.Unit sistem politik adalah tindakan-tindakan politik.Input dalam bentuk permintaan dan dukungan menjadi masukkan sistem politik.Output dalam bentuk keputusan dan tindakan politik.Jika memuasakan membangkitkan dukungan, dan jika sebaiknya akan melahirkan tuntuan baru.
• Sistem politik sebagai obyek budaya politik
Oleh David Easton, diberi pengertian : sebagai seperangkat interaksi yang diabstrakkan, di mana nilai-nilai dialokasikan terhadap masyarakat.Dengan kata lain, sistem politik merupakan bagian dari sistem sosial yang menjalankan alokasi nilai-nilai (dalam bentuk keputusan-keputusan atau kebijakan-kebijakan) yang bersifat otoratif.Untuk menggabarkan cara bekerjanya sistem politik (David Easton)
• sistem politik
Sistem politik: didefinisikan sebagai tindakan yang berhubungan dengan ’’keputusan-keputusan mengikat’’ suatu masyarakat.Unit sistem politik adalah tindakan-tindakan politik.Input dalam bentuk permintaan dan dukungan menjadi masukkan sistem politik.Output dalam bentuk keputusan dan tindakan politik.Jika memuasakan membangkitkan dukungan, dan jika sebaiknya akan melahirkan tuntuan baru.
• Sistem politik sebagai obyek budaya politik
Oleh David Easton, diberi pengertian : sebagai seperangkat interaksi yang diabstrakkan, di mana nilai-nilai dialokasikan terhadap masyarakat.Dengan kata lain, sistem politik merupakan bagian dari sistem sosial yang menjalankan alokasi nilai-nilai (dalam bentuk keputusan-keputusan atau kebijakan-kebijakan) yang bersifat otoratif.Untuk menggabarkan cara bekerjanya sistem politik (David Easton)
C.
KOMPONEN BUDAYA POLITIK :
1. bersifat kognitif
Meliputi pengetahuan/pemahaman dan keyakinan-keyakinan individu tentang sistem politik dan atributnya, seperti ibu kota negara, lambang negara, kepala negara, batas-batas negara, mata uang yang dipakai, Pemilu/pemilukada, partai politik, fungsi DPR/DPRD, Partai politik dsb.
1. bersifat kognitif
Meliputi pengetahuan/pemahaman dan keyakinan-keyakinan individu tentang sistem politik dan atributnya, seperti ibu kota negara, lambang negara, kepala negara, batas-batas negara, mata uang yang dipakai, Pemilu/pemilukada, partai politik, fungsi DPR/DPRD, Partai politik dsb.
2. bersifat afektif
Menyangkut perasaan-perasaan atau ikatan
emosional yang dimiliki oleh individu terhadap sistem politikcontoh: persaan
optimis bahwa Pemikada langsung dpat memperoleh kepala daerah yang lebih
berkualitas dan lebih dekat dengan rakyat.
3. bersifat evaluative
Mengkut kapasitas individu dalam rangka memberikan
penilaian terhadap sistem politik yang sedang berjalan dan bagimana peran
indivu di dalamnya.contoh: komitmen untuk mendukung pelaksanaan Pimiluka
langsung sesaui dengan aturan main.
D.
NILAI-NILAI
BUDAYA POLITIK
Sistem politik yang dianut
oleh suatu negara secara sederna dapat digonngkan ke dalam sistem politik
demokrasi dan sistem politik otoriter, maka budaya politik itu dapat bersifat
demokratis dan otoriter.Nilai-nilai budaya politik demokrasi, Nilai-nilai budaya politik otoriter :
a. Egalitarian
b. Pluralisme
c. Terbuka
d. Dialogis
e. Persuasif
f. Pemilihan
g. Independesi tinggi Feodal
h. Homogin
i. Tertutup
j. Dogmatis
k. Represif
l. Penunjukan
m. Dependensi yang tinggi
E.
TIPE-TIPE BUDAYA POLITIK
a. Budaya politik parokial
Bahwa individu-individu memiliki pengharapan dan kepedulian yang rendah terhadap pemerintah dan pada umumnya tidak merasa terlibat.Sehingga masyarakat yang bertipe budaya politik parokial dapat pula dikatakan memiliki ciri antara lain tidak memiliki orentasi atau pandangan sama sekali baik berupa pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan penilain (evaluasi) terhadap obyek politik (sistem politik). Ciri-ciri :
Bahwa individu-individu memiliki pengharapan dan kepedulian yang rendah terhadap pemerintah dan pada umumnya tidak merasa terlibat.Sehingga masyarakat yang bertipe budaya politik parokial dapat pula dikatakan memiliki ciri antara lain tidak memiliki orentasi atau pandangan sama sekali baik berupa pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan penilain (evaluasi) terhadap obyek politik (sistem politik). Ciri-ciri :
-
lingkupnya sempit dan kecil
-
masyarakatnya sederhana dan tradisional bahkan buta hurup.
- Spesialisasi
kecil belum berkembang.
-
Pemimpin politik biasanya berperan ganda bidang ekonomi,
-
masyarakatnya cenderung tidak menaruh minat terhadap objek
-
masyarakatnya tinggal di desa terpencil di mana kontak dengan
b.Budaya politik subyek
Budaya politik subyek jikasuatu masyarkat terdapat frekuansi orintasi yang tinggi terhadap pengetahuan sistem politik secara umum dan obyek output atau pemahaman mengenai penguatan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Ciri-ciri :
Budaya politik subyek jikasuatu masyarkat terdapat frekuansi orintasi yang tinggi terhadap pengetahuan sistem politik secara umum dan obyek output atau pemahaman mengenai penguatan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Ciri-ciri :
- Orang secara pasif patuh pada
pejabat pemerintahan dan undang-undang.
- Tidak
melibatkan diri pada politik atau golput.
-
masyarakat mempunyai minat, perhatian, kesadaran terhadap system
politik.
- Sangat
memperhatikan dan tanggap terhadap keputusan politik, atau
output
- Rendah
dalam input kesadaran sebagai actor politik belum tumbuh.
c.Budaya politik partisipan
Memiliki orientasi terhadap seluruh obyek politik secara keseluruhan (input, output) dan terhadap diri sendiri sebagai aktor politik, ia disamping aktif memberikan masukan atau aktif mempengaruhi pembuatan kebijakan publik (input) juga aktif dalam implementasi atau pelaksanaan kebijakan publik (output). Ciri-ciri :
Memiliki orientasi terhadap seluruh obyek politik secara keseluruhan (input, output) dan terhadap diri sendiri sebagai aktor politik, ia disamping aktif memberikan masukan atau aktif mempengaruhi pembuatan kebijakan publik (input) juga aktif dalam implementasi atau pelaksanaan kebijakan publik (output). Ciri-ciri :
-
Kesadaran masyarakat bahwa dirinya dan orang lain anggota aktif
dalam kehidupan
politik.
- Melibatkan
diri dalam system politik sangat berarti walaupaun hanya
sekedar memberikan suara dalam
pemilu.
- Tidak
menerima begitu saja terhadap keputusan, kebijakan system
politik
- Dapat
menilai dengan penuh kesadaran baik input maupun output
bahkan posisi dirinya
sendiri.
a.Budaya politik abangan
Budaya politik abangan adalah budaya politik masyarakat yang menekankan aspek-aspek animisme atau kepercayaan terhadap adanya roh halus yang dapat mempengaruhi hidup manusia.Semacam PKI dan PNI
b. Budaya politik santri
Budaya politik santri adalah budaya masyarakat yang menekankan aspek-aspek keagamaan khususnya agama Islam.Pada masa lalu, kelompoksantri cenderung berafiasai pada partai NU, atau Masyumi.Kini, mereka berafialiasi pada partai seperti PKS, PKB, PPP dan partai berbasis islam lainnya.
c.Budaya politik priayi
Budaya politik priayi adalah budaya politik masyarakat yang menekankan keluhuran tradisi.Kelompok priayi sering kali dikontraskan dengan kelompok petani.Pada masa lalu, kelompok masyarakat priyayi berafiliasi dengan partai PNI.Kini, mereka berafiliasi dengan partai Golkar.
G.
TIPE
BUDAYA POLITIK YANG BERKEMBANG DI INDONESIA
1. Sebelum terbentuknya negara RI adalah
kedualatan rakyatBung Hatta menunjukkan pijkakan budaya demokrasi itu sebenarnya tidak asing bagi rakyat indonesia, kerna tiga sifat utama yang dikandungnya, cita-cita rapat, cita-cita protes massa, cita-cita tolong menolong telah dikenal dalam demokrasi tua di tanah air kita.
Sedangkan Kuntowijoyo (1999) menatakan ada 2 pusaka budaya politik bangsa yaitu afirmatif (pengukuh kekeuasaan) yang feodalistik yang merupakan tradisi politik BU (BUDI UTOMO) dan budaya politik critical (pengawas terhadap kekusaan) yang demokratis sebagai tradisi politik SI (Serikat Islam).
Ketegangan antara budaya politik feodalistik dan budaya demokNGKrasi terlihat dari pendapatnya Soetatmo dan dr.Tjipto Mangungkusumo.
Soetatmo: melihat dari segi budaya, budaya jawa sejak zaman pergerakan nasional telah mendominasi.
Dr.Tjipto Mangukusumo: melihat dari segi ideal dari kepentingan politik bahwa masyarakat majemuk indonesia lebih tepat dikembangkan sebagai negara kesatuan yang menunung tinggi kemajemukan.Negara yang menunjung tinggi kememukan adalah negara demokratis.
Dengan demikian meskipun dalam masyarakat indonesia sebelum kemedekaan telah memiliki potensi budaya politik demokrasi atau budaya politik partisipan, tetapi juga masih dibarangi dengan kuatnya paham feodalisme.Berkembang tuan dan kauala yang dapat mendorong budaya bertipe parokial kerena masyarakat dikelompokkan atas ’’wong gede’’ dengan ’’wong cilek’’.Solidaritas kelompok yang kuat dapat mendorong peran politik yang berkembang hanya sebatas berorientasi kepada ikat kelompok.
2. Setelah Indonesia merdeka
Pada masa demokrasi terpimpin budaya politiknya adalah budayaØ feodalistik yang mana dengan konsep negara igralistik (satu kesatuan) dengan konsepsi presiden, dengan slogam bahwa semua anggota keluarga harus makan di satu meja dan bekerja di satu meja untuk menganjurkan pembentukan kabinet gotong royong, yang terdiri dari semua partai besar dan mewakili aliran pemikiran nasioalis, Islam, komunis.
Kondisi ini berkelanjutan pada masa orde baru di mana lembagaØ kepresidenan sangat dominan bahkan ada kesan sakral dari kritik dan kontrol rakyat
Pada masa orde reformasi, dengan amandemen UUD 1945 maka pemgembanganØ kelembangaan negara terutama atara eksekutif dengan legislatif dikembangkan pada posisi yang sama kuat.Kembagaan negara untuk mendukung negara demokrasi dan negara hukum juga berkembang pesat dewasa ini kiat mengenal: MK,KY,Komnas HAM, KPK,OMBUSMAN.
H.
PENGERTIAN
SOSILISASI DAN PENGEMBANGAN BUDAYA
POLITIK
1.
Pengertian
Gabriel A. Almondl
Sosialisasi politik menunjukkan pada proses dimana sikap-sikap politik dan pola-pola tingkah laku politik diperoleh atau dibentuk, dan juga merupakan sarana bagi suatu generasi untuk menyampaikan patokan-patokan politik dan keyakinan-keyakinan politik kepada generasi berikutnya.
Gabriel A. Almondl
Sosialisasi politik menunjukkan pada proses dimana sikap-sikap politik dan pola-pola tingkah laku politik diperoleh atau dibentuk, dan juga merupakan sarana bagi suatu generasi untuk menyampaikan patokan-patokan politik dan keyakinan-keyakinan politik kepada generasi berikutnya.
David F. Aberle, dalam “Culture and Socialization”l
Sosialisasi politik adalah pola-pola mengenai aksi sosial, atau aspek-aspek tingkah laku, yang menanamkan pada individu-individu keterampilan-keterampilan (termasuk ilmu pengetahuan), motif-motif dan sikap-sikap yang perlu untuk menampilkan peranan-peranan yang sekarang atau yang tengah diantisipasikan (dan yang terus berkelanjutan) sepanjang kehidupan manusia normal, sejauh peranan-peranan baru masih harus terus dipelajari.
Richard E. Dawson dkk.l
Sosialisasi politik dapat dipandang sebagai suatu pewarisan pengetahuan, nilai-nilai dan pandangan-pandangan politik dari orang tua, guru, dan sarana-sarana sosialisasi yang lainnya kepada warga negara baru dan mereka yang menginjak dewasa.
I.
PROSES
SOSIALISASI POLITIK
Pengenalan otoritas melalui individu tertentu, seperti orang tua anak, presiden dan polisi. Perkembangan pembedaan antara otoritas internal dan yang ekternal, yaitu antara pejabat swasta dan pejabat pemerintah.o
Pengenalan mengenai institusi-institusi politik yang impersonal,o seperti kongres (parlemen), mahkamah agung, dan pemungutan suara (pemilu). Perkembangan pembedaan antara institusi-institusi politik dan merekao yang terlibat dalam aktivitas yang diasosiasikan dengan institusi-institusi ini.
Pengenalan otoritas melalui individu tertentu, seperti orang tua anak, presiden dan polisi. Perkembangan pembedaan antara otoritas internal dan yang ekternal, yaitu antara pejabat swasta dan pejabat pemerintah.o
Pengenalan mengenai institusi-institusi politik yang impersonal,o seperti kongres (parlemen), mahkamah agung, dan pemungutan suara (pemilu). Perkembangan pembedaan antara institusi-institusi politik dan merekao yang terlibat dalam aktivitas yang diasosiasikan dengan institusi-institusi ini.
J. SARANA SOSIALISASI
POLITIK
Keluarga Sekolah
Partai Politik Media massa
Kelompok bergaul Perkejaan
Keluarga Sekolah
Partai Politik Media massa
Kelompok bergaul Perkejaan
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Budaya politik
adalah perwujudan nilai-nilai politik yang di anut oleh
sekelompak masyarakat, bangsa, atau negara yang di yakini sebagai pedoman dalam melaksanaakan aktivitas-aktivitas politik kenegaraan. Memiliki 3 tipe budaya politik : budaya
politik Parokial, budaya politik subyek dan budaya politik pastisipan. Beberapa
komponen
budaya politik : bersifat kognitif, bersifat afektif dan bersifat evaluative
B.
KRITIK DAN SARAN
Dalam masyarakat indonesia sebelum
kemedekaan telah memiliki potensi budaya politik demokrasi atau budaya politik
partisipan, tetapi juga masih dibarangi dengan kuatnya paham feodalisme. Itulah akhir yang dapat membentuk budaya
politik Indonesia. Berbeda faham dan
kepercayaan bukan hal yang menghalangi sebuah budaya politik disuatu
Negara. Seperti halnya Indonesia,
jadikan perbedaan itu dasar budaya politik yang beraneka ragam.
DAFTAR
PUSTAKA
Sumber
: http://bilasipaus.blogspot.com/2010/11/rangkuman-bab-1-budaya-politik.html